Maafkan
aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar
menulis surat ini atau tidak. Tapi, kupikr, jika surat ini tidak pernah ada,
mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini
ha.. ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku
memberanikan diri.
Masih
teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi.
Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu
jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu
untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan teriak terus sampai kamu
bangun. Sering kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap
berusaha teriak sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang
sendiri,
maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.
maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.
Kata
dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa
memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.
memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.
Akhir-akhir
ini, aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian
pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitness. Tapi rupanya itu bukan
hasil fitnessku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku
sering kali aku tertusuk jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian
yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu
ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku.
Ketika aku diangkut ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan
pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang
piala buatmu sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat
teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak
beryawa. Teriakanku tertahan, Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah
jagal. Akhirnya
aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan
menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya.
aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan
menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya.
Satu-persatu
temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar,
teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?
teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?
Waktuku
sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya
lagi aku berbicara terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah
tidak ada lagi di dunia ini. Hmm, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!
Tapi
ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu,
saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia denga kasih. Semoga
pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita
bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah hari itu akan tiba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar